1. TEORI MOTIVASI
Motivasi dapat
diartikan sebagai faktor pendorong yang berasal dalam diri manusia, yang akan
mempengaruhi cara bertindak seseorang. Dengan demikian, motivasi kerja akan
berpengaruh terhadap performansi pekerja
a) Teori dua
factor (Herzberg’s Two Factors
Teory)
Teori Motivasi Dua Faktor atau Teori Motivasi Kesehatan
atau Faktor Higienis. Menurut teori ini motivasi yang ideal yang dapat
merangsang usaha adalah peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih membutuhkan
keahlian dan peluang untuk mengembangkan kemampuan. Ada 3 hal penting
berdasarkan penelitian Herzberg yang harus diperhatikan dalam motivasi bawahan
yaitu :
1. Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang
menantang yang mencakup perasaan untuk berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan
dapat menikmati pekerjaan itu sendiridan adanya pengakuan atas semuanya itu.
2. Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama
faktor yang bersifat embel-embel saja pada pekerjaan, peraturan pekerjaan,
penerangan, istirahat, sebutan jabatan, hak, gaji, tunjangan, dan lain-lain.
3. Karyawan kecewa, jika peluang untuk berprestasi
terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai
mencari-cari kesalahan.
Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan
pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu :
a)
Maintenance
Factors
Adalah
faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin
memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan kebutuhan
yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik
nol setelah dipenuhi.
b) Motivation Factors
Adalah faktor motivator yang
menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam
melakukan pekerjaan. Factor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan
terhadap pribadi yang berkaitan langsung dengan pekerjaan.
Kelebihan
teori dua faktor yang dikemukakan Frederick Herzberg
:
1.
Teori Herzberg telah dibaca secara luas dan
hanya sedikit manajer yang tidak familiar dengan rekomendasi –
rekomendasinya..
2.
Banyak penerapan dari teori Herzberg yang
berhasil.
3.
Penelitian yang dilakukan Herzberg banyak
dikembangkan dan berhasil.
4.
Dalam teori Herzberg sangat benar – benar
memperhatikan karyawan sehingga dapat diketahui dengan benar kondisi
karyawan
Kelemahan
dari teori dua factor oleh Frederick Herzberg :
1.
Prosedur yang digunakan Herzberg terbatasi
oleh metodologinya. Bila semuanya berlangsung baik, orang cenderung menganggap
itu berkat diri mereka. Sebaliknya, mereka menyalahkan lingkungan luar jika
terjadi kegagalan.
2.
Keandalan metodologi Herzberg dipertanyakan.
Karena penilai harus melakukan penafsiran, mungkin mereka dapat mencemari
penemuan dengan menafsirkan respon
tertentu dengan cara tertentu namun di sisi lain memperlakukan respon lain
dengan cara yang berbeda.
3.
Tidak digunakannya ukuran total kepuasan
apapun. Dengan kata lain, seseorang dapat tidak menyukai bagian dari
pekerjaannya, masih berpikir bahwa pekerjaan itu dapat
diterimanya.
4.
Teori itu tidak konsisten dengan riset
sebelumnya. Teori dua factor mengabaikan variable – variable situasi.
5.
Herzberg mengasumsikan hubungan antara
kepuasan dan produktivitas. Tetapi, metodologi riset yang dia gunakan hanya
memandang ke kepuasan, bukan produktivitas. Untuk membuat agar riset semacam
itu relevan, kita harus mengasumsikan hubungan yang kuat antara kepuasan dan
produktivitas.
b) Teori
Maslow (Maslow’s Need Hierarchy
Theory)
Teori
ini dikemukakan oleh A.H. Maslow tahun 1943. Teori ini juga merupakan
kelanjutan dari Human Science Theory Elton Mayo (1880-1949) yang menyatakan
bahwa kebutuhan dan kepuasaan seseorang itu jamak yaitu kebutuhan biologis dan
psikologis berupa material dan nonmaterial.
Dasar
Maslow’s Need Hierarchy Theory :
1. Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan. Ia
selalu menginginkan lebih banyak. Keinginan ini terus menerus, baru berhenti
jika akhir hayatnya tiba.
2. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi
alat motivasi bagi pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang menjadi
alat motivasi.
Ada
beberapa macam kebutuhan, antara lain :
Ø Physiological Needs
Physiological
Needs (kebutuhan fisik = biologis) yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seseorang, seperti makan, minum, udara,
perumahan dan lain-lainnya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan fisik ini
merangsang seeorang berperilaku dan bekerja giat.
Ø Safety and Security needs
Safety
and Security needs (keamanan dan keselamatan) adalah kebutuhan akan keamanan
dari ancaman, yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam
melakukan pekerjaan.
Ø Affiliation or Acceptance Needs
Affiliation
or Acceptance Needs adalah kebutuhan sosial, teman, dicintai dan mencintai
serta diterima dalam pergaulan kelompok karyawan dan lingkungannya. Karena
manusia adalah makhluk sosial, sudah jelas ia menginginkan kebutuhan-kebutuhan
social.
Ø Esteem or Status or Egoistic Needs
Esteem
or Status or Egoistic Needs adalah kebutuhan akan penghargaan diri, pengakuan
serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya. Prestise
dan status dimanifestasikan oleh banyak hal yang digunakan sebagai simbol
status. Misalnya, memakai dasi untuk membedakan seorang pimpinan dengan anak
buahnya dan lain-lain.
Ø Self Actuallization
Self
Actuallization adalah kebutuhan aktualisasi diri dengan menggunakan kecakapan,
kemampuan, ketrampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang
sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang lain. Kebutuhan
aktualisasi diri berbeda dengan kebutuhan lain dalam dua hal, yaitu :
v Kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat dipenuhi dari
luar. Pemenuhannya hanya berasarkan keinginan atas usaha individu itu sendiri.
v Aktualisasi diri berhubungan dengan pertumbuhan
seorang individu. Kebutuhan ini berlangsung terus-menerus terutama sejalan dengan
meningkatkan jenjang karier seorang individu.
Dari
uraian di atas, Maslow’s Need Hierarchy Theory ini mempunyai kelebihan dan
kelemahan, sebagai berikut :
Kelebihan:
1) Teori ini memberikan informasi bahwa kebutuhan manusia
itu jamak (material dan nonmaterial) dan bobotnya bertingkat-tingkat pula.
2) Manajer mengetahui bahwa seseorang berperilaku atau
bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan (material dan
nonmaterial) yang akan memberikan kepuasaan baginya.
3) Kebutuhan manusia itu berjenjang sesuai dengan
kedudukan atau sosial ekonominya. Seseorang yang berkedudukan rendah (sosial
ekonomi lemah)cenderung dimotivasi oleh material, sedang orang yang
berkedudukan tinggi cenderung dimotivasi oleh nonmaterial.
4) Manajer akan lebih mudah memberikan alat motivasi yang
paling sesuai untuk merangsang semangat bekerja bawahannya.
Kelemahan :
Menurut
teori ini kebutuhan manusia itu adalah bertingkat-tingkat atau hierarkis,
tetapi dalam kenyataannya manusia menginginkan tercapai sekaligus dan kebutuhan
itu merupakan siklus, seperti lapar-makan-lapar lagi-makan lagi dan seterusnya.
c) Teori ERG (ERG Theory Alderfer)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim
“ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah
yaitu :
a.
E = Existence
(kebutuhan akan eksistensi),
b.
R = Relatedness
(kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan\
c.
G = Growth
(kebutuhan akan pertumbuhan)
Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak
dua hal penting.
1.
Pertama, secara
konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh
Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki
pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki
kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung
makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow.
2.
Kedua, teori
Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan
pemuasannya secara serentak.
Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak
bahwa :
a.
Makin tidak
terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk
memuaskannya;
b.
Kuatnya
keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila
kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
c.
Sebaliknya,
semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar
keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat
pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang
dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara
lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
d) Teori
Motivasi dari Claude S. George
Teori ini menyatakan bahwa seseorang mempunyai
kebutuhan yang berhubungan dengan tempat dan suasana di lingkungan bekerjanya,
yaitu upah yang layak, kesempatan untuk maju, pengakuan sebagai individu,
keamanan bekerja, tempat kerja yang baik, penerimaan oleh kelompok, perlakuan
yang wajar, dan pengakuan atas prestasi.
2. Proses terbentuknya budaya organisasi
Proses terbentuknya budaya dalam organisasi yakni
munculnya gagasan-gagasan atau jalan keluar yang kemudian tertanam dalam suatu
budaya dalam organisasi bisa bermula dari mana pun, dari perorangan atau
kelompok, dari tingkat bawah atau puncak. Taliziduhu Ndraha (1997)
menginventarisir sumber-sumber pembentuk budaya organisasi, diantaranya : (1)
pendiri organisasi; (2) pemilik organisasi; (3) Sumber daya manusia asing; (4)
luar organisasi; (4) orang yang berkepentingan dengan organisasi (stake
holder); dan (6) masyarakat. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa proses budaya
dapat terjadi dengan cara: (1) kontak budaya; (2) benturan budaya; dan (3)
penggalian budaya. Pembentukan budaya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang
sekejap, namun memerlukan waktu dan bahkan biaya yang tidak sedikit untuk dapat
menerima nilai-nilai baru dalam organisasi.
Setelah mapan, budaya organisasi sering mengabadikan
dirinya dalam sejumlah hal. Calon anggota kelompok mungkin akan disaring berdasarkan
kesesuaian nilai dan perilakunya dengan budaya organisasi. Kepada anggota
organisasi yang baru terpilih bisa diajarkan gaya kelompok secara eksplisit.
Kisah-kisah atau legenda-legenda historis bisa diceritakan terus menerus untuk
mengingatkan setiap orang tentang nilai-nilai kelompok dan apa yang dimaksudkan
dengannya.
Para manajer bisa secara eksplisit berusaha bertindak
sesuai dengan contoh budaya dan gagasan budaya tersebut. Begitu juga, anggota
senior bisa mengkomunikasikan nilai-nilai pokok mereka secara terus menerus
dalam percakapan sehari-hari atau melalui ritual dan perayaan-perayaan khusus.
Orang-orang yang berhasil mencapai gagasan-gagasan
yang tertanam dalam budaya ini dapat terkenal dan dijadikan pahlawan. Proses
alamiah dalam identifikasi diri dapat mendorong anggota muda untuk mengambil
alih nilai dan gaya mentor mereka. Barangkali yang paling mendasar, orang yang
mengikuti norma-norma budaya akan diberi imbalan (reward) sedangkan yang tidak,
akan mendapat sanksi (punishment). Imbalan (reward) bisa berupa materi atau pun
promosi jabatan dalam organisasi tertentu sedangkan untuk sanksi (punishment)
tidak hanya diberikan berdasar pada aturan organisasi yang ada semata, namun
juga bisa berbentuk sanksi sosial. Dalam arti, anggota tersebut menjadi
isolated di lingkungan organisasinya.
Dalam suatu organisasi sesungguhnya tidak ada budaya
yang “baik” atau “buruk”, yang ada hanyalah budaya yang “cocok” atau “tidak
cocok” . Jika dalam suatu organisasi memiliki budaya yang cocok, maka
manajemennya lebih berfokus pada upaya pemeliharaan nilai-nilai- yang ada dan
perubahan tidak perlu dilakukan. Namun jika terjadi kesalahan dalam memberikan
asumsi dasar yang berdampak terhadap rendahnya kualitas kinerja, maka perubahan
budaya mungkin diperlukan.
Karena budaya ini telah berevolusi selama
bertahun-tahun melalui sejumlah proses belajar yang telah berakar, maka mungkin
saja sulit untuk diubah. Kebiasaan lama akan sulit dihilangkan. Walaupun
demikian, Howard Schwartz dan Stanley Davis dalam bukunya Matching Corporate
Culture and Business Strategy yang dikutip oleh Bambang Tri Cahyono
mengemukakan empat alternatif pendekatan terhadap manajemen budaya organisasi,
yaitu : (1) lupakan kultur; (2) kendalikan disekitarnya; (3) upayakan untuk
mengubah unsur-unsur kultur agar cocok dengan strategi; dan (4) ubah strategi.
Selanjutnya Bambang Tri Cahyono (1996) dengan mengutip pemikiran Alan Kennedy
dalam bukunya Corporate Culture mengemukan bahwa terdapat lima alasan untuk
membenarkan perubahan budaya secara besar-besaran : (1) Jika organisasi
memiliki nilai-nilai yang kuat namun tidak cocok dengan lingkungan yang
berubah; (2) Jika organisasi sangat bersaing dan bergerak dengan kecepatan
kilat; (3) Jika organisasi berukuran sedang-sedang saja atau lebih buruk lagi;
(4) Jika organisasi mulai memasuki peringkat yang sangat besar; dan (5) Jika
organisasi kecil tetapi berkembang pesat.
Selanjutnya Kennedy mengemukakan bahwa jika tidak ada
satu pun alasan yang cocok dengan di atas, jangan lakukan perubahan.
Analisisnya terhadap sepuluh kasus usaha mengubah budaya menunjukkan bahwa hal
ini akan memakan biaya antara 5 sampai 10 persen dari yang telah dihabiskan
untuk mengubah perilaku orang. Meskipun demikian mungkin hanya akan didapatkan
setengah perbaikan dari yang diinginkan. Dia mengingatkan bahwa hal itu akan
memakan biaya lebih banyak lagi. dalam bentuk waktu, usaha dan uang.
3. Mengimplementasikan
TQM usaha Outlet Kaos Surabaya
TQM (Total Quality Management) adalah
strategi manajemen yang ditujukan untuk menanamkan kesadaran kualitas pada
semua proses dalam organisasi.
Konsep TQM (Total
Quality Management) merupakan sebuah sistem yang terintegrasi yang menggunakan
strategi, data, dan komunikasi efektif .
Kaos yang murah tapi berkualitas
Kaos Surabaya
dengan menggunakan bahan cotton combed 24s sangatlah nyaman untuk di pakai. dan
menggunakan tinta rubber berkualitas baik sehingga sablonan tidak mudah .
dengan menerapkan sistem total quality control sehingga terjaga kualitas produk
kami.
Berikut beberapa
pemikiran saya soal prinsip TQM usaha outlet kaos Surabaya:
- Fokus pada Konsumen. Apapun yang dilakukan
atau ACTION apapun yang dijalankan,
yang jelas juri akhir yang menentukan apakah yang dilakukan itu meningkatkan kualitas atau tidak adalah
konsumen.
- Mengedepankan Mutu. Dalam
setiap rancangan perencanaan bisnis, pertimbangan kualitas dinomorsatukan.
- Satu Visi-Misi. Setiap
elemen dalam organisasi bisnis tersebut mengerti misi dan visi yang
dituju. Kesatuan misi dan visi ini akan memudahkan untuk bergerak bersama
menuju satu tujuan.
- Berdasar Fakta. Pengambilan
keputusan untuk strategi dalam bisnis didasarkan pada fakta dan bukan hanya karena dugaan
semata.
- Peningkatan Kualitas Berkelanjutan. Selalu mencari cara bagaimana agar proses bisnis
yang dilakukan bisa menjadi lebih efektif.
- Pelayanan cepat dan ramah.Kekuatan
pelayanan kepada konsumen adalah hal yang sangat penting bagi kami.
sehingga kami selalu berusaha memuaskan pelayanan baik itu pelayanan on
line maupun off line. Saat ini kami mempunyai team kerja yang baik seiring
dengan pengalaman kami di bisnis on line dan off line , sehingga semakin
meningkatnya penjualan produk kami, kuncinya karena kami
selalu melakukan training dan evaluasi kerja kepada karyawan bagian
adimistrasi dan costumer service , maka dari itu kami kecepatan dan
keramahan pelayanan kami sangat perhatikan secara serius.
4. Teori X dan Teori Y dari Mc Gregor
Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa
suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada
orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku
The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan
memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x
atau teori y.
A.
Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia
adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari
pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi
yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta
jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi,
diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan
perusahaan.
B.
Teori Y
Saya rasa saya termasuk generasi teori Y karena saya
memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan
sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara
ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja
sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi,
kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan
kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki
dalam bekerja.Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan
teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yang dipegang manajer
1.
Karyawan secara
intern tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
2.
Karyawan tidak
menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai
tujuan.
3.
Karyawan akan
menghindari tanggung jawab.
4.
Kebanyakan
karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan dengan kerja.
Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat
manusia ada empat teori Y :
1.
Karyawan dapat
memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
2.
Orang akan
menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.
3.
Rata rata orang
akan menerima tanggung jawab.
4.
Kemampuan untuk
mengambil keputusan inovatif.
Douglas McGregor menemukan teori X dan teori Y setelah
mengkaji cara para manajer berhubungan dengan para karyawan. Kesimpulan yang
didapatkan adalah pandangan manajer mengenai sifat manusia didasarkan atas
beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung membentuk perilaku
mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.
Ada empat asumsi yang dimiliki manajer dalam teori X.
1.
Karyawan pada
dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin berusaha untuk
menghindarinya.
2.
Karena karyawan
tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dipakai, dikendalikan, atau diancam
dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
3.
Karyawan akan
menghindari tanggung jawab dan mencari perintah formal, di mana ini adalah
asumsi ketiga.
4.
Sebagian
karyawan menempatkan keamanan di atas semua faktor lain terkait pekerjaan dan
menunjukkan sedikit ambisi.
Bertentangan dengan pandangan-pandangan negatif
mengenai sifat manusia dalam teori X, ada pula empat asumsi positif yang
disebutkan dalam teori Y.
1.
Karyawan
menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan, seperti halnya istirahat atau
bermain.
2.
Karyawan akan
berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk mencapai berbagai tujuan.
3.
Karyawan
bersedia belajar untuk menerima, mencari, dan bertanggungjawab.
4.
Karyawan mampu
membuat berbagai keputusan inovatif yang diedarkan ke seluruh populasi, dan
bukan hanya bagi mereka yang menduduki posisi manajemen.
0 comments:
Post a Comment